Jakarta - Indonesia baru saja mendapat rapor kurang menggembirakan dari Akamai terkait kecepatan internet. Padahal di sisi lain, pengguna internet Tanah Air makin banyak. Apakah ini lantaran infrastruktur kita kelabakan menghadapi lonjakan pengguna tersebut?
Seperti diketahui, menurut data terbaru Akamai untuk Q2 2012, rata-rata kecepatan di Tanah Air dilaporkan cuma sebatas 770 Kbps. Padahal dalam catatan detikINET, rata-rata kecepatan internet di Indonesia mampu lebih baik bila dirujuk pada laporan Akamai pada Q4 2011 yakni sebesar 772 Kbps.
Tentu saja hal ini mengundang tanda tanya. Bagaimana bisa? Terlebih dalam beberapa waktu terakhir, infrastruktur TIK di Indonesia harusnya tengah sedikit demi sedikit dibangun.
Menurut praktisi TI Onno W. Purbo, data yang dimunculkan oleh Akamai setidaknya mengambarkan beberapa perubahan di jagat internet Tanah Air.
Pertama adalah jumlah pengguna internet yang bertambah banyak. Ini bisa dibilang sebagai nilai positif. Namun di sisi lain, hal itu menyiratkan bahwa dari sisi infrastruktur kurang dapat mampu mengejar lonjakan pengguna.
"Lainnya adalah terlalu mengandalkan seluler. Akibatnya walaupun di iklan (mengklaim kecepatan sampai) 7,5 Mbps. Tapi user efektifnya cuma dapat 750 Kbps," sesal Onno, yang diutarakan dalam sebuah diskusi online.
Ia menambahkan, saat ini layanan internet dari seluler sepertinya sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan, atau bisa juga dibilang terlalu mahal.
"Sehingga kudu (harus-red.) diizinkan alternatif akses yang broadband plus murah. Misalnya WiFi, mesh, dan lainnya," lanjut mantan dosen ITB tersebut.
Senada dengan Onno, penggiat Internet Sehat dari ICT Watch Donny BU menambahkan, dengan kondisi tersebut kemungkinan besar sama saja artinya supply tidak mampu melayani demand.
"Kalau sudah begini, (pertanyaan yang kemudian muncul adalah) apakah ini tanggung jawab policy maker (pemerintah) atau industri (private sector)?" lanjut Donny.
Menanggapi pertanyaan tersebut, menurut Onno, logikanya adalah pemerintah harus menjalankan tugasnya sebagai pembuat kebijakan, termasuk untuk urusan internet ini.
"Jika perlu, misalnya memberi insentif untuk operator yang berinvestasi. Dan jika operator tak mau berinvestasi, beri kesempatan rakyat untuk membuat sendiri," tegasnya.
"Lah, sekarang sudah ada teknologi 1 Gbps untuk jarak 15 km di frekuensi 24 GHz. Kok malah pusing soal LTE (Long Term Evolution)," Onno menandaskan.
0 komentar:
Posting Komentar