Sebuah studi baru mengungkapkan, gempa bumi bisa mengubah air menjadi
emas. Ini seperti cerita-cerita dari buku fiksi ilmiah. Tapi kejadian
ini benar-benar terjadi. Kandungan emas telah tersimpan di dalam perut
bumi selama milyaran tahun, dan manusia melakukan pencarian dengan
bantuan gelombang seismik. Namun, terjadinya gempa bumi telah
mengguncang bebatuan emas. Memisahkan bebatuan itu menjadi beberapa
bagian, dan memungkinkan beberapa bagian menguap menjadi cairan. Menurut
Jurnal New Scientist, para ahli geologi telah lama mengetahui emas
terbentuk dari sebuah mineral yang kaya kandungan air.
Mineral itu mengalir di bawah tanah akibat dari retakan gempa bumi, kemudian menyatu dengan kandungan emas. Studi terbaru ini menunjukkan bahwa perubahan tekanan yang terjadi akibat gempa bumi telah membantu mineral itu mengalir menuju retakan-retakan batuan di bawah perut bumi.
Menurut Dion Weatherley, ahli geofisika di University of Queensland di Australia, yang menjadi kepala penelitian, dengan menggunakan beberapa model, para peneliti mampu menentukan mekanisme kuantitatif yang menghubungkan emas dan mineral.
"Gempa bumi telah membuka banyak celah di dalam perut bumi, kemudian dari celah itu muncul emas yang menguap. Pada akhirnya mineral mengalir di celah itu dan telah membawa kandungan emas," kata Weatherley, dilansir dari Science World Repor.
Ia menjelaskan, cairan mineral yang kaya kandungan emas itu dapat dengan cepat menjadi zat padat. Itu terjadi karena penurunan suhu yang begitu cepat. "Tekanan udara telah membuat cairan menguap dan meninggalkan sebuah emas," jelasnya. Emas yang terbentuk dari cairan mineral setelah terjadi gempa bumi tidak begitu banyak.
Paling banyak cairan itu membawa satu dari seperjuta elemen yang berharga. "Namun, zona gempa di kawasan Alpine Fault di Selandia Baru telah berhasil membangun tambang emas selama 100.000 tahun," tutup Weatherley. Studi ini telah diterbitkan pada tanggal 17 Maret 2013 di Jurnal Nature Geoscience dengan judul Flash Vaporization during Earthquakes Evidenced by Gold Deposits.
Mineral itu mengalir di bawah tanah akibat dari retakan gempa bumi, kemudian menyatu dengan kandungan emas. Studi terbaru ini menunjukkan bahwa perubahan tekanan yang terjadi akibat gempa bumi telah membantu mineral itu mengalir menuju retakan-retakan batuan di bawah perut bumi.
Menurut Dion Weatherley, ahli geofisika di University of Queensland di Australia, yang menjadi kepala penelitian, dengan menggunakan beberapa model, para peneliti mampu menentukan mekanisme kuantitatif yang menghubungkan emas dan mineral.
"Gempa bumi telah membuka banyak celah di dalam perut bumi, kemudian dari celah itu muncul emas yang menguap. Pada akhirnya mineral mengalir di celah itu dan telah membawa kandungan emas," kata Weatherley, dilansir dari Science World Repor.
Ia menjelaskan, cairan mineral yang kaya kandungan emas itu dapat dengan cepat menjadi zat padat. Itu terjadi karena penurunan suhu yang begitu cepat. "Tekanan udara telah membuat cairan menguap dan meninggalkan sebuah emas," jelasnya. Emas yang terbentuk dari cairan mineral setelah terjadi gempa bumi tidak begitu banyak.
Paling banyak cairan itu membawa satu dari seperjuta elemen yang berharga. "Namun, zona gempa di kawasan Alpine Fault di Selandia Baru telah berhasil membangun tambang emas selama 100.000 tahun," tutup Weatherley. Studi ini telah diterbitkan pada tanggal 17 Maret 2013 di Jurnal Nature Geoscience dengan judul Flash Vaporization during Earthquakes Evidenced by Gold Deposits.